BANDUNGFOOTBALL.COM – kompetisi Perserikatan jilid terakhir tahun 1994 merupakan masa keemasan buat Persib. Selama satu dekade ke belakang, Maung Bandung sukses mengantongi tiga titel juara.
Hegemoni barudak Bandung begitu nyata terlihat, prestasi Persib paling butut selama priode 1986 hingga 1994 adalah menempati posisi keempat. Persib berhasil mengembalikan trophy paling bergengsi perserikatan ke Bandung pada tahun 1986, selanjutnya menduduki peringkat ketiga pada musim 1986/97 dan 1987/88. Juara pada musim 1989/90, peringkat keempat musim 1991/92, dan juara 1993/1994.
Robby Darwis dan Kolega mengunci gelar setelah mengalahkan PSM Makassar dua gol tanpa balas di final perserikatan 1993/94. Kedua gol itu lahir dari kaki Yudi Guntara dan Sutiono Lamso. Nama Persib terukir abadi dan akan selalu dikenang sebagai kampiun terakhir Perserikatan.
Di gelaran Perserikatan edisi terakhir itu, Sutiono juga dinobatkan sebagai pemain terbaik dengan torehan 12 gol. Pemain ‘Asing’ Persib asal Purwokerto itu menjadi top skorer musim 1993/94.
Kunci Sukses Regenerasi, Hegemoni Satu Dekade
Kepada Bandung Football, Yudi Guntara menceritakan bagaimana perjalanan timnya menuju tangga juara. Ia masih mengingat secara rinci pertandingan menghadapi Ayam Jantan Dari Timur PSM Ujungpandang.
“Jadi kunci keberhasilan kita di tahun itu dan bahkan sampai ke final sampai juara. Itu faktornya adalah kekompakan dan persiapan yang matang,” kata Yudi.
Ia menambahkan skuad Perserikatan Persib 1993/94 tidak jauh berbeda dengan skuad Persib ketika menjuarai Indonesia Super League 2014.
“Tidak jauh berbeda lah dengan skuad 2014, yang mana mereka punya kekompakan mini yaitu sektor kanan ada Supardi, Ridwan dan Firman Utina. Di kita juga pada saat itu ada kang Robby (Darwis), kang Yusuf (Bachtiar), Sutiono dan pemain putra daerah lainnya,” ujarnya.
Menurut Yudi, saat itu Indra Tohir sebagai pelatih tidak terlalu pusing memikirkan komposisi tim. Kedalaman tim Persib saat itu sangat mumpuni karena sistem kompetisi-degradasi pemain, sehingga regenerasi pemain terus berjalan.
“Sebetulnya persib di tahun 1993/94 itu pelatih Indra Tohir sudah memiliki pondasi dari tahun 1990, tinggal masuk beberapa pemain muda saja yang pengalaman. Jadi untuk masuk ke Persib juga sudah langsung ‘in’.
“Termasuk saya, kang Yadi (Mulyadi) dan beberapa pemain muda lainnya. Jadi kalau ditanya faktor keberhasilan kita ya itu tadi kekompakan dan persiapan karena kita juga persiapan pada saat itu cukup berat,” beber pemilik nomor punggung 5 Persib kala itu.
Yudi Guntara Kenang Partai Final Perserikatan 1993/94
Diwartakan harian Pikiran Rakyat, kota Bandung saat itu seperti kota mati. Semua orang tertuju pada pertandingan final Persib versus PSM yang disiarkan langsung TVRI. Dominasi Bobotoh juga terlihat di Stadion Senayan. Dari kapasitas 110 ribu penonton, tiga perempatnya diisi oleh Bobotoh.
Persib menuntaskan dendam ketika dikalahkan PSM Ujungpandang di semifinal Perserikatan 1991/92. Maung Bandung memastikan gelar juara Perserikatan jilid terakhir dengan mengalahkan Ayam Jantan Dari Timur dengan skor 2-0 di final, Persib membawa kembali Piala Presiden ke Bandung.
Sepasang gol kemenangan Persib lahir dari kaki dari Yudi Guntara pada menit 26, dan Sutiono Lamso pada menit 71. Yudi mencetak gol spektakuler dari luar kotak penalti yang membuat Bobotoh yang membirukan Stadion Senayan bergemuruh, semua tercengan karena gol Yudi.
Bahkan sang rekan, Sutiono, kemudian menyebut laju bola hasil sepakan Yudi seperti ular.
“Tendangan Yudi sangat khas. Penuh tenaga dan lajunya seperti ular. Susah ditebak oleh penjaga gawang,” kata Sutiono sambil mengoyangkan tangan menirukan gerak ular sebagaimana dilansir Tabloid BOLA edisi 529 (minggu ketiga April 1994).
Berawal dari umpan silang Kekey Zakaria ke mulut gawang PSM, bola berhasil di sundul pemain bertahan lawan menuju ke arah Yudi Guntara. Bola liar tersebut langsung disambar Yudi. Tendangan gledeknya tak mampu dihalau kiper PSM.
“Ya saya bangga dan seneng pastinya. Pada saat itu saya sangat senang karena saya berada di usia matang. Ditambah putra daerah, pasti kalau putra daerah punya spirit lebih dibanding pemain lainnya,” kenang Yudi.
Ketika menutup perbincangan, Yudi mengatakan bahwa saat itu Indra Tohir sangat yakin timnya bisa mengalahkan PSM. Tak ada instruksi khusus yang diberikan kepada pemain kala itu, yang pasti menurut Yudi, Tohir hanya menginstruksikan anak-anak untuk tampil kompak.
“Tidak ada intruksi khusus ke pemain, karena Indra Tohir pada saat itu yakin kepada kita, semua kita punya modal kekompakan jadi itu kuncinya,” kata Yudi.
Keesokan harinya, lebih dari satu juta orang menyambut kedatangan skuad Maung Bandung. Mereka diarak keliling kota menuju kantor Gubernur Jawa Barat.
Konglomerat Sudwikatmono, kata Gubernur Jabar R Nuriana akan menyerahkan Rp 200 juta sebagai hadiah untuk Persib Bandung. Hadiah ini merupakan bonus selain hadiah juara dari kompetisi, dan dana kadeudeuh dari Pemda.
Discussion about this post