BANDUNGFOOTBALL.COM – Mungkin tak semua, tetapi sebagian besar anak laki-laki—khususnya yang sudah beranjak dewasa—akan menganggukkan kepala saat membaca pernyataan ini: Seorang anak laki-laki, seiring bertambah usia, akan semakin menaruh rasa hormat kepada bapaknya, tapi tak tahu bagaimana cara mengekspresikannya.
Pengalaman hidup tentang sulitnya bersaing di rimba kehidupan demi bisa menafkahi diri sendiri dan keluarga, akan semakin menumbuhkan perasaan cinta dan hormat seorang anak laki-laki dewasa kepada bapaknya. Ia menyadari bahwa dahulu sang bapaklah yang berjuang dalam pahit getir kehidupan itu demi menghidupi anaknya. Namun yang menjadi dilema adalah ketika perasaan tersebut tak mampu diungkapkan oleh sang anak kepada bapaknya. Entah apa sebabnya. Mungkin bisa karena canggung atau malu. Seperti yang digambarkan oleh musisi folk asal Malang, Iksan Skuter, dalam salah satu lagunya yang berjudul “Bapak”.
ada manusia yang paling ingin aku peluk
tapi aku malu
tidak juga malu sebenarnya
hanya angkuh sebagai lelaki dewasa
Saya membayangkan, apakah perasaan dilematis itu juga dirasakan oleh Hariono ketika bertemu dengan Jaya Hartono? Jaya Hartono memang bukan bapak kandung dari Hariono, namun setidaknya ia adalah bapak bagi Hariono dalam dunia sepak bola. Sebagaimana Sir Alex Ferguson bagi Cristiano Ronaldo, atau Jose Mourinho bagi Michael Essien.
Saat Hariono masih hijau dan minim pengalaman, Jaya Hartono adalah sosok yang berani memboyongnya ke tim sebesar Persib Bandung. Berkat tempaan yang diberikan oleh pelatih kelahiran Medan tersebut, Hariono berhasil menjelma menjadi pemain
dengan kualitas mumpuni. Satu dekade bertahan di tim sebesar Persib menunjukkan bahwa kualitas yang dimiliki pemain bernomor punggung 24 itu tidaklah sembarangan.
Di Persib, Hariono mendapatkan segala hal yang diimpikan oleh setiap pemain sepak bola: gelar liga, gelar turnamen (Piala Presiden), panggilan membela tim nasional, hingga dukungan besar yang diberikan oleh para bobotoh. Andai saja saat itu Jaya Hartono tak memboyongnya ke Persib, besar kemungkinan Hariono tak akan bisa menikmati semua itu.
Kendati sudah berpisah selama sembilan tahun, Hariono tentu tak lupa dengan jasa besar Jaya Hartono terhadap kariernya. Seiring kesuksesan ia dapatkan di Persib Bandung, niscaya rasa cinta dan hormatnya kepada Jaya Hartono, bapak sepak bolanya, semakin besar.
Ketika sepak bola mempertemukan keduanya kembali di pertandingan lanjutan Piala Indonesia antara PSCS Cilacap kontra Persib Bandung, segala kerinduan itu menemukan bentuknya. Mampukah seorang yang dingin, kaku, pendiam, dan cuek seperti Hariono mengungkapkan perasaan cinta dan hormatnya kepada bapak sepak bolanya?
Awalnya, saya menyangka tidak. Mengingat Hariono adalah sosok yang begitu dingin, jauh dari kesan ekspresif. Saat berhasil mencetak gol perdananya untuk Persib Bandung—yang pada gilirannya menjadi salah satu gol bersejarah dalam ingatan bobotoh—ia sama sekali tak melakukan selebrasi. Raut wajahnya datar, bahkan senyum tipis pun tak muncul. Hal yang sama mungkin akan terjadi ketika dirinya bertemu dengan Jaya Hartono. Ia mungkin hanya akan menyapa seperlunya, untuk kemudian memendam lagi perasaan hormat dan cintanya kepada bapak sepak bolanya itu dalam diam.
Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Usai pertandingan, Hariono langsung berlari menuju Jaya Hartono. Ia bukan saja menyapa, melainkan juga mencium tangan bapak sepak bolanya tersebut. Kemudian ia juga memeluknya dengan penuh kehangatan.
Alhasil foto kemesraan anak dan bapak yang sudah lama berpisah itu pun langsung tersebar di media sosial. Tak lupa dibumbui dengan caption- caption puitis dan romantis.
Tak seperti kebanyakan lelaki dewasa yang kesulitan mengekspresikan perasaan cinta dan hormatnya kepada sang bapak, Hariono mampu melakukannya. Rasa hormat dan cintanya kepada bapak sepak bolanya, Jaya Hartono, telah melampaui sikap pendiam, dingin, cuek, dan kaku yang selama ini menjadi ciri khasnya di atas lapangan.
Rio Pangestu – @riorpangestu
BERITA TERKAIT :
Persib vs PSCS Hanya 90 Menit, Selebihnya Ini “Friendship” Yang Ditunjukan Kedua Kubu Pemain
Akui Timnya Beda Kelas Dengan Persib, Jaya Hartono: Nyatanya Kami Mempersulit Persib
Sempat Alami Masalah, Puja Bersyukur Persib Bisa Atasi PSCS
Pemain Ke-12 Jadi Peran Penting Kemenangan Persib Atas PSCS
Setelah Kalahkan PSCS, Punggawa Persib Masih Punya Satu Tanggung Jawab Besar Yang Harus Dilakukan
Discussion about this post