BANDUNGFOOTBALl.COM – Sebuah kisah menarik menghiasi pertandingan Persib Bandung versus PSS Sleman, di Stadion Si Jalak Harupat (SJH), dua pekan lalu.
Tribune Barat II SJH menjadi saksi bisu cinta sejati antara dua pendukung dari dua klub bola di Indonesia, Bandung dan Sleman.
Apa yang berlangsung di sepak bola, termasuk yang terjadi selama 90 menit, tak selalu tentang dua kesebelasan, dua pelatih menyusun strategi jitu, duapuluh dua pemain bertempur untuk memenangkan pertandingan. Sesungguhnya sepak bola maha romantis.
Ceritanya, seorang Bobotoh asal Tangerang, Novi Rachmayanti, yang menuntut ilmu di salah satu universitas di Yogyakarta, kemudian mendapatkan pekerjaan di Kota Pelajar itu, hingga akhirnya menemukan cintanya. Dia bertemu Apriansyah, seorang pendukung PSS Sleman, dari klan Brigata Curva Sud.
“Jangan kepo ah.. Jadi dulu itu aku nonton bareng Viking Jogja sama Aremania Korwil Jogja. Nah dia (sang kekasih), selaku perwakilan tuan rumah yang ngamanin lokasi nobar, soalnya Nobarnya di Sleman. Jadi ya dari situ kenalnya,” ucap Novi ketika membuka perbincangan beberapa waktu lalu.
Adanya rasa bukan untuk diterka, jadi biarlah ia tetap indah sebagai sesuatu yang tidak disangka. Suka tidak suka. Acara itu menjadi awal pertemuan bagi keduanya, dua orang yang sedang jatuh cinta kemudian menjadi orang yang saling mencintai.
“Iya dari sana kita jadi deket, seiring berjalan waktu ya jadi…,”
Bak penantian PSS Sleman yang jatuh bangun untuk menembus kasta tertinggi sepak bola Indonesia, pertemuan antara Maung Bandung dan Super Elja sangat dinanti Novi dan Apri. Tak jarang juga mereka beradu argumen lantaran kedua tim musim ini sama-sama bermain satu kasta di Liga 1 2019.
“Semenjak PSS promosi ke Liga 1 ya jadi sering saling bully (sindir), kalo mana aja yang kalah, mau Persib atau PSS,”
“Kemarin kita ke Bandung dari Sleman pakai kereta, sampai Bandung dikasih pinjem motor sama temen Bobotoh juga. Kita ke stadion sampai ada tragedi bocor ban pula, hahaha.. Kita nonton di tribune Barat II SJH, tempatnya suporter PSS,” ucap Novi, melanjutkan perbincangan.
Mari kita sudahi pembicaraan tentang hubungan keduanya, biarkan mereka belajar untuk berusaha saling
memahami, termasuk bagaimana mereka menyiasati soal perbedaan dukungan klub sepak bola yang kini berada di level yang sama.
Novi yang juga seorang kontributor daerah untuk salah satu media olahraga nasional prihatin dengan kondisi yang dialami Persib di putaran pertama.
Menurut Novi, Robert Alberts seharusnya bisa lebih memaksimalkan pemain yang ada selama ini, membangun chemistry tim, dan meningkatkan mental bertanding pasukan Maung Bandung. Hal itu yang dirasa hilang di tim Persib musim ini, jika dibandingkan musim lalu.
“Sedikit mengecewakan. Pemain kelihatannya kurang komunikasi, dan kadang beberapa pemain kelihatan egois, ingin cetak gol sendiri, jadi banyak buang kesempatan”
“Teamwork sama mental bertandingnya gak kelihatan musim ini, gak kaya waktu Mario Gomez, optimis terus. Pelatih sekarang juga optimis terus, tapi gagal terus,” ujar Novi, terheran-heran.
Selain itu, Novi juga mengomentari penampilan tiga legiun asing baru Persib yang melakukan debut ketika bertanding menghadapi PSS Sleman kemarin.
“Baru satu pertandingan, belum terlalu puas. Terutama lihat Kevin van Kippersluis pas lawan PSS, mungkin masih adaptasi ya,” imbuhnya.
Sambil menyudahi perbincangan, Novi berharap performa Persib pada putaran kedua nanti mengalami peningkatan, klub sebesar Persib dengan materi pemain saat ini tidak seharusnya finish di posisi papan tengah Liga 1 2019.
“Harapannya yang pasti putaran kedua harus banyak menangnya. Chemistry tim sih sama mental, komunikasi pemain juga itu di lapangan penting banget. Pelatih harus makin greget ngelatihnya, kudu mangprang deui pokonamah,” tutupnya.
TULISAN TERKAIT
Kemudahan Tiket Online Tunjang Mojang Satu Ini Lepas Kangen Dengan Persib
Bolos Sekolah Hingga Merasakan Gas Air Mata Semua Demi Persib
Kenangan di Stadion, Mulai Dari Dicium Hingga Terkena Gas Air Mata
Discussion about this post